Cari Blog Ini

Rabu, 04 Agustus 2010

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SMK KEHUTANAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan lingkungan menjadi perhatian pemerintah saat ini. Hal ini dikarenakan permasalahan lingkungan merupakan permasalahan yang butuh perhatian multipihak. Bukan hanya pemerintah saja, melainkan masyarakat, tenaga pendidik/guru, bahkan negara lain pun ikut berperan dalam memajukan dan membangun lingkungan kearah yang lebih baik.
Salah satu isu lingkungan saat ini adalah eksploitasi sumber daya hutan yang dilakukan secara illegal dan kebakaran hutan. Sedangkan isu lingkungan lain yang sering berkembang di sekitar masyarakat pada umumnya adalah masalah sampah, yang tidak hanya dialami di Negara Indonesia saja tapi juga menjadi permasalahan negara-negara lain.
Dari tahun ketahun permasalahan lingkungan di Negara kita bukan semakin ringan melainkan justru akan semakin berat. Ditambah lagi pemanfaatan sumber daya alam untuk mendukung pembangunan dilakukan secara keblabasan. Sehingga justru akan membawa dampak negatif bagi bangsa dan Negara. Jika Hal ini terus berkelanjutan dan tidak ada respon dari pemerintah, dapat menyebabkan keroposnya keutuhan Negara Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang muncul diatas maka diperlukan peningkatan pengelolaan sumber daya alam secara arif dan bijaksana dengan berorientasi pada kelestarian. Dengan mengikutkan secara langsung masyarakat dalam pengelolaan, di dukung dengan penegakan hukum lingkungan yang adil dan tegas, sehingga hasil dari pengelolaan hutan yang lestari tersebut dapat mengangkat perekonomian masyarakat/bangsa.
Permasalahan berikutnya yang biasanya muncul adalah kesiapan masyarakat untuk melakukan pengelolaan dalam hal ini adalah kualitas sumber daya manusianya yang belum siap. Salah satunya ditunjukkan melalui kurangnya kesadaran akan dampak yang diakibatkan jika lingkungan rusak. Sehingga dibutuhkan wahana peyuluhan dan sosialisasi untuk mengatasi masalah tersebut. Penyuluhan dan sosialisasi gerakan kesadaran akan pentingnya pelestarian fungsi lingkungan melalui jalur pendidikan nampaknya merupakan sebuah pilihan bijak, mengingat sekolah adalah lembaga pendidikan yang menjadi tempat pembentukan generasi yang berkualitas dalam semua aspek penalaran, kejiwaan dan psikomotorik. Sehingga dari sekolah diharapkan lahir generasi yang dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Dan diharapkan generasi ini dapat menjadi pendobrak (agen perubahan) dalam gerakan kesadaran lingkungan yang dapat menjaga dan memperkuat keutuhan NKRI.

B. Tujuan
B.1. Tujuan Umum :
Tujuan umum yang ingin dicapai adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sehingga keutuhan NKRI semakin terjaga.

B.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah menciptakan generasi muda berwawasan lingkungan yang diharapkan dapat menjadi agen perubahan dalam merubah gaya hidup masyarakat dan peduli terhadap lingkungan.

C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah ini antara lain :
1. Memberikan motivasi bagi tim penyusun makalah ini untuk selalu bergerak dinamis dalam mengembangkan pendidikan.
2. Meningkatkan citra SMK kehutanan dalam taraf nasional maupun Internasional
3. Dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat maupun peserta didik untuk terus menerus berupaya membenahi lingkungan.

BAB II
GAMBARAN UMUM

A. KEADAAN SEKARANG
A.1. Keadaan Hutan
Luas hutan di Indonesia setiap tahun berkurang, laju pengurangan luas hutan saat ini mencapai 1.1 juta hektar pertahun (Menteri Lingkungan Hidup, 2009). Saat ini kondisi kawasan hutan Indonesia kerusakannya sangat parah. Dalam Rencana Strategis Kementrian Kehutanan disebutkan bahwa luas hutan saat ini adalah 136.88 juta ha dan sudah termasuk kawasan konservasi perairan. dari luasan tersebut 59, 6 juta ha di antaranya telah rusak dan tidak dapat difungsikan secara optimal (Republika Online, 2009). Salah satu penyebab kerusakan hutan tersebut diantaranya adalah dikarenakan kebakaran hutan.
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia secara umum disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama dalam kegiatan penyiapan lahan untuk berbagai bentuk usaha pertanain, perkebunan dan kehutanan. Beberapa studi menunjukkan hanya sebagian kecil kebakaran disebabkan oleh faktor-faktor di luar kegiatan penyiapan lahan.
Salah satu daerah rawan kebakaran adalah Propinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami kejadian kebakaran sejak puluhan tahun yang lalu. Akan tetapi intensitas kebakaran hutan semakin meningkat baik dalam jumlah cakupan area, jangka waktu maupun kualitas dan kuantitas kebakaran hutan. Berdasarkan data luas kebakaran hutan dan lahan sejak tahun 1990 sampai tahun 2002 diakumulasikan, maka luas daerah yang terbakar diperkirakan 43.414,23 (Ha) belum termasuk kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1995 dan 1998. Kerugian ditaksir sebesar Rp. 83.608.154.625,-. (Bapedalda, 2002). Selain kerugian materiil, kebakaran hutan juga berdampak pada hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat, Terganggunya aktivitas sehari-hari, Peningkatan jumlah Hama dan Terganggunya kesehatan

A.2. Keadaan Lingkungan Sekitar Masyarakat
Sekarang di Indonesia sampah semakin menumpuk dimana-mana, seperti di kota Tangerang Selatan, dalam sehari saja sampah tidak diangkut, maka 600 kubik sampah yang dihasilkan akan menumpuk (Tempo Interaktif, Tangerang, Jumat 8 Januari 2010). Kondisi ini jauh dari kondisi pada tahun 2002 di kota Denpasar, dimana data tahun 2002 menunjukkan rata-rata produksi sampah sekitar 2.114 m3/hari yang bersumber dari sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik. Dalam jangka waktu 4 tahun, yaitu tahun 2006, jumlah produksi sampah telah meningkat menjadi 2.200 m3/hari (Tim Kota Sanitasi Kota Denpasar, 2007).

A.3. Keadaan Masyarakat Sekarang
Perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat perilaku masyarakat berubah. Masyarakat saat ini lebih memilih cara-cara praktis dalam menjalani hidup. Perilaku masyarakat yang konsumtif tidak peduli akan kelestarian lingkungan dan cenderung merusak lingkungan. Pemakaian barang-barang sekali pakai seperti kantong plastik telah mendatangkan masalah sampah yang sangat besar bagi pemerintah. Belum lagi perilaku masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan, tumpukan sampah yang menggunung akan sangat mengganggu disaat hujan deras datang.
Masyarakat yang bermukim di sekitar hutan cenderung menggantungkan hidupnya pada hutan. Mereka menebang pohon untuk diambil kayunya atau berladang di hutan. Pembukaan hutan dengan cara membakar sering menimbulkan akibat yang sangat fatal yaitu kebakaran hutan. Belum lagi sikap peladang yang berpindah tempat ketika lahan yang dipakai tidak mendukung lagi untuk perladangan. Lahan bekas ladang akan ditinggalkan terbuka tanpa tegakan. Perilaku berladang berpindah dan penebangan liar yang dilakukan masyakat hutan menyebabkan berkurangnya luasan hutan. Hutan yang gundul tidak dapat lagi menjadi penyangga bagi lingkungan, maka apabila hujan datang bahaya banjir dan tanah longsor mengancam.
A.4. Keadaan umum SMK Kehutanan Sekarang
Sekolah menengah Kehutanan merupakan salah satu sekolah kejuruan yang ada di Indonesia. Visi SMK Kehutanan ini adalah Tersedianya tenaga teknis menengah kehutanan yang profesional, mandiri dan berakhlak mulia serta siap memasuki lapangan kerja nasional maupun internasional”. Sedangkan misi SMK kehutanan diantaranya adalah, Menyiapkan tenaga teknis menengah kehutanan yang profesional dan mandiri serta berakhlak mulia., Menyiapkan tenaga teknis menengah kehutanan yang memiliki daya saing tingkat nasional maupun internasional., Memantapkan kelembagaan pendidikan menengah kejuruan kehutanan sesuai dengan standard Sekolah Bertaraf Internasional. Saat ini pola yang dikembangkan untuk SMK kehutanan adalah School Bussiness Plan (SBP). School Bussiness Plan sebagai landasan bagi berbagai pihak atau pengelola dalam menyusun program pengembangan sesuai dengan kewenangan, peran dan kepentingannya.
Kurikulum SMK Kehutanan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan Kadipaten telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Struktur kurikulum SMK Kehutanan meliputi kelompok mata pelajaran normatif dan adaptif, produktif yang meliputi dasar-dasar kejuruan dan kompetensi kejuruan. Selain itu, juga diprogramkan kelompok mata pelajaran muatan lokal serta pengembangan diri (ekstrakurikuler dan bimbingan konseling) yang disesuaikan dengan potensi dan karakteristik wilayah di sekitar Sekolah.

Tabel 2. Struktur Kurikulun SMK Kehutanan Bidang Keahlian Kehutanan

No. Komponen Waktu
(Jam)
A MATA PELAJARAN
1 NORMATIF
1.1 Pendidikan Agama 192
1.2 Pendidikan Kewarganegaraan 192
1.3 Bahasa Indonesia 192
1.4 Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 192
1.5 Seni Budaya 128
Jumlah Normatif 896
2 ADAPTIF
2.1 Bahasa Inggris 440
2.2 Matematika 516
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam 192
2.4 Fisika 192
2.5 Kimia 192
2.6 Biologi 192
2.7 Ilmu Pengetahuan Sosial 128
2.8 Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi 202
2.9 Kewirausahaan 192
Jumlah Adaptif 2.246
3 PRODUKTIF
3.1 Dasar Kompetensi Kejuruan
Jumlah Dasar Kompetensi Kejuruan 310
3.2 Kompetensi Kejuruan
Jumlah Kompetensi Kejuruan 2.592
B MUATAN LOKAL 192
C PENGEMBANGAN DIRI 192
Jumlah A + B + C 6236
Sumber : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan Kadipaten, 2009

Melihat dari struktur kurikulum di atas, masih diperlukan validasi baik terhadap standar kompetensinya maupun terhadap waktu serta materi pembelajaran yang tercantum dalam silabus setiap mata pelajaran. Standar kompetensi lulusan, sebaiknya disesuaikan dengan standar kompetensi dunia kerja yang telah ditetapkan (link and match).
B. KEADAAN YANG DIINGINKAN
1. Kondisi ideal lingkungan (daya dukungnya terhadap manusia), indikator-indikatornya:
• Hutan dapat memberikan manfaat ekologis, sosial dan ekonomi bagi masyarakat
• Masalah – masalah lingkungan yang disebabkan oleh kerusakan hutan misalnya banjir dapat diminimalisir
2. Kondisi ideal masyarakat tentang kesadaran lingkungan saat ini, indikator – indikatornya adalah Masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga dan melestarikan hutan sehingga permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh faktor manusia dapat diminimalisir
3. Kondisi ideal SMK kehutanan yang mengembangkan pengetahuan pendidikan berwawasan lingkungan, indikatornya adalah:
• SMK Kehutanan memberikan kontribusi dalam upaya mencegah dan mengatasi permasalahan lingkungan
• SMK Kehutanan memiliki kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.
BAB III. IDENTIFIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH
A. IDENTIFIKASI DAN ANALISA MASALAH
A.1. Kebakaran hutan
Kejadian kebakaran hutan dan lahan di Indonesia termasuk di Kalimantan Barat secara umum disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk berbagai bentuk usaha pertanain, perkebunan dan kehutanan. Beberapa studi menunjukkan bahwa faktor terbesar yang memicu terjadinya kebakaran hutan adalah kegiatan penyiapan lahan. Hal ini didukung oleh Purnama dan Jaya (2007) yang menemukan bahwa derajat pengaruh aktivitas manusia cenderung lebih besar dibandingkan dengan lingkungan fisik pada penelitian di Propinsi Riau dimana bobot faktor manusia berkisar 51,4 % dibandingkan faktor biofisik 48,6 %. Dalam penelitian serupa di DAS Kapuas, Kalimantan Barat, Arianti (2006) menyatakan bahwa dalam kejadian kebakaran hutan dan lahan faktor manusia lebih dominan dibandingkan dengan faktor biofisik.

A.2. Sampah
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Sebagai contoh beberapa titik di Kota Bandung telah membuktikan bahwa fenomena sampah di negeri ini sukar untuk di hilangkan. Namun hal ini tidaklah akan terjadi lama kalau saja setiap orang sadar akan masalah sampah dan setiap orang mengerti dan sadar akan dampak yang ditimbulkan dari sampah ini.

B. LANGKAH–LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
Permasalahan lingkungan seperti yang disebutkan di atas pada umumnya disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor alam dan manusia. Faktor alam adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan sedangkan faktor manusia adalah faktor yang dapat dikendalikan. Oleh karena itu, pemecahan masalah lingkungan ini kami fokuskan pada penyebab kerusakan akibat ulah manusia. Dalam hal ini diawali dengan membangun sumberdaya manusia yang berwawasan lingkungan yaitu manusia yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.
Untuk membangun sumberdaya manusia yang berwawasan lingkungan diperlukan suatu media dan sosialiasi yang efektif. Salah satu wujud dari sosialisai efektif adalah penanaman kesadaran berwawasan lingkungan sejak dini. Yaitu dengan media sekolah yang didalamnya dapat dijadikan tempat penggodokan aspek penalaran, kejiwaan dan psikomotorik. Sehingga dari sekolah tersebut diharapkan lahir generasi yang berkualitas, profesional sehingga dapat membawa Bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Untuk mencetak generasi yang berkualitas dan profesional diperlukan kerjasama dari banyak pihak (stake holder) diantaranya adalah dukungan pemerintah, lembaga pendidikan dan masyarakat. Jika ketiga pihak ini tidak bersinergi, maka tujuan yang dicapai tidak akan tercapai dengan optimal. Pemerintah bertugas sebagai pengontrol dan pembuat kebijakan (perundang-undangan), lembaga pendidikan sebagai motor penggerak, dan masyarakat adalah sebagai pelaku (Subjek).
Ketiga unsur tersebut diatas saling bergantung satu sama lain, namun lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan hasil akhir. Dalam lembaga pendidikan tersebut terdapat tenaga pendidik (guru, dosen, widyaiswara), yang memiliki tugas sebagai penyampai pesan/fasilitator sehingga wawasan berlingkungan dapat diterapkan dalam lingkungan masyarakat masing-masing.
Sekolah merupakan bagian fisik dari lembaga pendidikan, yang sangat berpengaruh dalam pembentukan dan pembinaan kesadaran dalam berwawasan lingkungan. Karena melalui lingkungan sekolah cikal bakal wawasan lingkungan diterapkan, kemudian berkembang menjadi kebiasaan kemudian berkembang lagi menjadi suatu budaya. Setelah menjadi suatu budaya dan selalu diterapkan dalam sendi kehidupan maka bisa dikatakan sosialisasi tentang pendidikan berwawasan lingkungan berhasil.
SMK Kehutanan merupakan salah satu sekolah yang didirikan atas inisaiatif untuk menciptakan generasi masa depan kehutanan yang profesional, mandiri, kreatif dan berakhlak mulia. Untuk menyelenggrakan pendidikan dengan tujuan mulia tersebut bukan dengan setengah hati. Hal ini dibuktikan dengan keseriusan dari Kementrian Kehutanan yang bekerjasama dengan Kementrian Pendidikan Nasional dalam penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan kompetensi keahlian kehutanan. Status yang diberikan kepada SMK Kehutanan bukan tanggung-tangung yaitu Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).
Beberapa potensi yang dimiliki SMK Kehutanan antara lain memiliki waktu pembelajaran mata pelajaran produktif yang merupakan keahlian khusus bagi setiap peserta didik, dengan prosentase 41 % dari total waktu pembelajaran. Rentang waktu pembelajaran bagi peserta didik adalah 4 tahun, sehingga memiliki potensi besar untuk memupuk kesadaran tentang kepribadian untuk berwawasan lingkungan. Apalagi didukung dengan kebijakan tentang semua peserta didik wajib tinggal di asrama. Sehingga pembentukan karakter akan lebih intensif dan efektif.
Walaupun sudah memiliki cikal bakal untuk membentuk karakter yang berwawasan lingkungan. Dalam kenyataannya masih perlu pengembangan-pengembangan tingkat lanjutan yang dapat melatih kesadaran tentang berwawasan lingkungan. Lingkungan dalam arti luas adalah daerah sekitar manusia tinggal. Sedangkan dalam arti sempit dalam pokok bahasan ini adalah hutan.
Persoalan lingkungan muncul terutama ditimbulkan oleh permukiman manusia dan industri. Namun banyak dari pendidik maupun peserta didik yang tidak memahaminya. Sebetulnya penyebab utama munculnya masalah lingkungan bukan dari industri dan sampah manusia, melainkan budaya manusia yang tidak mau peduli dengan lingkungan. Contoh kecil adalah mengabaikan kebersihan diri, kebersihan kamar, kebersihan rumah/asrama, kebersihan sekitar rumah/komplek, lingkungan sekolah, dan terus-terus membesar sehingga sulit dikendalikan. Sehingga diperlukan pola pengembangan/ program yang lebih terpadu untuk meningkatkan kualitas SDM yang memiliki kesadaran yang berwawasan lingkungan, didalam lingkup SMK kehutanan tentunya dengan penerapan dalam perilaku sehari-hari dan pengulangan secara terus menerus sehingga menjadi suatu budaya.
Program yang diharapkan menjadi contoh untuk meningkatkan kesadaran wawasan lingkungan antara lain dengan menerapkan REDUCE, REUSE and RECYCLE. Dimulai dari kamar, rumah, lingkungan sekitar rumah/ asrama. Kegiatan yang lebih nyata adalah pengembangan muatan lokal tentang sampah pemanfaatan dan pengelolaannya. Salah satu contoh dalam pengelolaan dan pemanfaatan sampah dapat dilakukan dengan pembelajaran tentang pembuatan lubang biopori, Pembuatan kompos dll.
Dengan munculnya kesadaran sikap yang kemudian berubah menjadi budaya yang berwawasan lingkungan, diharapkan akan melekat kuat dalam hati sanubari semua peserta didik SMK Kehutanan. Sehingga setelah mereka tamat dari sekolah dan terjun langsung ke masyarakat dapat menerapkan kesadaran berwawasan tersebut, dan bahkan mengajak kelompok atau orang lain untuk menjaga lingkungan. Jika semua lulusan SMK kehutanan melakukan tersebut maka bukan mustahil akan terbentuk suatu gerakan cinta lingkungan yang solid yang akan selalu memupuk persatuan dan kesatuan bangsa, sebagai modal dasar dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Sumber permasalahan tentang rusaknya lingkungan adalah kesadaran akan wawasan lingkungan yang berasal dari diri pribadi. Membangun kesadaran berwawasan lingkungan merupakan tanggung jawab multi pihak yaitu pemerintah, tenaga pendidikan, dan masyarakat. Ketiga unsur tersebut masing-masing memegang peranan penting. Namun tenaga pendidikan merupakan pemegang kunci keberhasilan.
SMK Kehutanan memiliki potensi untuk dapat menerapkan kesadaran berwawasan lingkungan sejak dini. Dengan sedikit pengembangan yang terarah kepada penerapan budaya cinta lingkungan, yang dimulai dari diri sendiri. Sehingga telah melembaga dalam sanubari peserta didik SMK Kehutanan
Keasadaran berwawasan lingkungan yang telah melembaga dan membudaya akan selalu melekat pada setiap siswa SMK Kehutanan dan akan terus diterapkan sampai bekerja. Mengajak orang lain atau kelompok untuk memiliki kesadaran berwawasan lingkungan. Jika dilakukan secara continue maka lambat laun akan terbina gerakan cinta lingkungan yang semakin memperkuat persatuan dan kesatuan sehingga akan menambah kekuatan dan nkeutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. SARAN
Kesadaran berwawasan lingkungan merupakan hal yang penting, untuk itu perlu peran pemerintah sebagai pengatur dan pengayom, tenaga kependidikan sebagai fasilitator, dan masyarakat sebagai pelaku. Semua unsur harus sinergis untuk mencapai tujuan yang optimal.


BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Tupani. Selasa 27 juli 2010 Pulau Terdepan Kekurangan Air Bersih, Listrik, dan Sarana Telekomunikasi. 29 Juli 2010..www.mediaindonesia.com

Arianti, I. 2006. Pemodelan Tingkat Dan Zona Kerawanan Kebakaran Hutan Dan Lahan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Sub Das Kapuas Tengah, Propinsi Kalimantan Barat [tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Bapedalda Kalimantan Barat. 2004. Kebakaran Hutan dan Lahan Serta Usaha-usaha Pengendaliannya di Propinsi Kalimantan Barat. Pontianak
Kemenhut. 2010. www.dephut.go.id. Peraturan Menteri Kehutanan no 8/Menhut-II/ 2010 tentang Rencana Strategis Kementrian Kehutanan 2010-2014. Tanggal download 31 Juli 2010
Kemenlh. 2010. www.menlh.go.id. Lahan Kritis Hutan Indonesia. Tanggal Download 30 Juli 2010.
Purnama, E.D. dan INS. Jaya. 2007. Pemodelan Spasial Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan Menggunakan Teknologi Sistem Informasi Geografis (GIS) dan Penginderaan Jauh Di Propinsi Riau. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XIII No.1 : 84-97

Tidak ada komentar:

Posting Komentar